Senin, 26 Agustus 2013

Apa Manfaat Penemuan "Partikel Tuhan"?


Ilustrasi perburuan Higgs boson di CERN | CERN
SYDNEY, KOMPAS.com - Pengumuman Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN) tentang penemuan partikel yang konsisten dengan Higgs Boson pada Rabu (4/7/2012) disambut meriah oleh para ilmuwan. Temuan itu juga membuat kalangan awam heboh dan bertanya-tanya.
Higgs Boson adalah partikel elementer yang telah lama dicari. Partikel ini dipercaya memberikan massa dan berperan dalam terbentuknya semesta. Tanpa ada Higgs Boson, atom takkan tercipta, ikatan kimia tak terbentuk semesta pun takkan ada.
Meski temuan CERN yang diumumkan kemarin masih pada tahap awal, dalam arti belum mencapai kesimpulan final, ilmuwan yakin bahwa yang ditemukan adalah Higgs Boson. Lalu, jika memang telah ditemukan, apa yang bisa diharapkan dari penemuan itu? Apa sumbangsihnya bagi umat manusia?
Ilmuwan CERN, Albert de Roeck, mengibaratkan penemuan Higgs Boson serupa dengan penemuan listrik. Manusia takkan pernah bisa mengimajinasikan apa yang akan terjadi. Dengan demikian, jika ditanyakan aplikasinya saat ini, maka jawabannya adalah belum ada.
"Apa yang sangat penting saat ini ialah bahwa Higgs boson bisa menerangkan apa yang mungkin terjadi pada sepersejuta detik awal alam semesta setelah (teori) Big Bang," kata de Roeck seperti dikutip kantor berita AFP, Kamis (5/7/2012).
Situs Langitselatan menerangkan, setelah Big Bang, semesta sangat panas dan terisi oleh lautan proton, netron, elektron, dan partikel lain. Dalam 17 menit pertama, terbentuk atom dan elemen ringan. Hal ini mensyaratkan adanya Higgs Boson.
Banyak ilmuwan mengatakan bahwa penemuan Higgs boson diharapkan melengkapi Model Standar Fisika Partikel. Model standar menguraikan adanya partikel elementer Fermion dan Boson. Model itu juga mensyaratkan adanya partikel elementer yang berperan memberi massa.
Namun, fisikawan Ray Volkas berpandangan lain. Higgs boson mungkin juga berhubungan dengan sesuatu yang lain, misalnya dengan materi gelap, materi yang tak terlihat yang menyusun sebagian besar semesta, berjumlah jauh lebih besar dari materi yang terlihat manusia.
"Mungkin saja, misalnya, Hoggs Boson menjadi jembatan antara materi biasa, yang tersusun atas atom, dan material gelap, yang kita tahu merupakan komponen yang penting bagi semesta. Itu akan memberi implikasi yang fantastik dalam pemahaman seluruh materi semesta, tak cuma atom biasa," katanya.

Menurut Volkas, akan sangat membosankan jika partikel yang baru saja ditemukan CERN hanya memenuhi Model Standar Fisika Partikel. Penemuan partikel itu seharusnya menjadi pintu masuk menuju fisika baru, teori baru yang menguraikan bagaimana semesta tercipta dan bekerja.
Salah satu teori yang disebut Volkas adalah Supersymmetry (SUSY). Dalam SUSY, setiap partikel memiliki partner partikel lain yang hanya berbeda sedikit karakteristiknya. SUSY menarik karena seperti menyatukan semua gaya yang ada di semesta, termasuk menawarkan kemungkinan penyusun materi gelap.
Volkas menuturkan, penelitian Higgs Boson memang seolah mengawang-awang. Namun, karena adanya tantangan di CERN, misalnya soal pertukaran data dalam jumlah besar, lembaga penelitian seperti CERN telah memberikan kontribusi dalam pengembangan world wide web yang mendasari internet.
Saat ini, tugas CERN masih belum selesai. CERN masih harus memastikan apa yang baru saja diumumkannya kemarin, apakah Higgs Boson atau partikel baru. Di sela-sela itu, CERN harus menghadapi tuntutan untuk berhasil sebab telah menghabiskan biaya besar untuk penelitiannya.
Sumber:
  • Penulis :
  • Yunanto Wiji Utomo
  • Kamis, 5 Juli 2012 | 19:35 WIB

Partikel Higgs dan Konsekuensi Ilmiahnya


Dua kemungkinan tak mengenakkan dari hasil Large Hadron Collider: pertama, banyak fitur alam semesta kita, termasuk eksistensi kita, boleh jadi merupakan konsekuensi aksidental dari kondisi yang terkait dengan kelahiran semesta; yang kedua, bahwa menciptakan ”benda” dari ”nonbenda” tampaknya bukan masalah sama sekali... (Lawrence M Krauss, Direktur Origins Project, Arizona State University, ”Newsweek”, 16 Juli 2012).
KOMPAS.com - Di antara sedikit peneliti ilmu fisika partikel di Tanah Air adalah Dr LT Handoko dari LIPI yang Senin (9/7/2012) lalu menulis di Harian Kompas tentang penemuan partikel subatomik oleh lembaga penelitian CERN (Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire/Pusat Riset Nuklir Eropa).

Semata berangkat dari temuan itu saja, terkesan betapa rumitnya topik fisika partikel yang membahas zarah kecil yang menyusun materi di alam semesta. Yang dibahas tak lagi pada dimensi atom, tetapi lebih kecil lagi.

Di masa silam, perihal atom jatuh sebagai wacana filosofis. Filsuf Yunani yang hidup di abad kelima SM sudah menyinggung bahwa materi disusun dari partikel komponen berukuran amat kecil. Teori pertama tentang atom dicetuskan filsuf Yunani lain, Leucippus. Dia menyebut bahwa semua hal terbentuk dari unsur tak bisa dibelah lagi yang disebut ”atom”, yang dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai ’tak bisa dipotong’.

Karena itu, tatkala fisikawan dan kimiawan Inggris, John Dalton, menerbitkan teori atom dalam bukunya New System of Chemical Philosophy, sebenarnya ide dasarnya bukan baru. Yang membedakannya dengan apa yang dikemukakan oleh filsuf Yunani adalah bahwa apa yang dikemukakan Dalton didasarkan pada observasi dan pengukuran saksama, dan bukan atas debat filosofi (”The Big Idea”, National Geographic).

Partikel subatomik
Dari riset pendahulu seperti itulah, tahun 1920-an diketahui bahwa inti atom tersusun dari dua partikel, proton dan elektron. Tahun 1932, fisikawan James Chadwick menemukan neutron, partikel bermassa sama dengan proton, tetapi tidak memiliki muatan listrik. Semula dikira itulah semua partikel elementer, yakni proton, neutron, dan elektron.

Berikutnya, ilmuwan mengetahui bahwa elektron merupakan partikel fundamental, jadi tidak ada lagi penyusun lain. Akan tetapi, proton dan neutron terbuat dari partikel lebih kecil, yakni kuark. Ada enam tipe kuark, dan hanya dua yang terkait dengan proton dan neutron.

Selain itu, juga ada penemuan neutrino dari proses peluruhan. Ada pula penemuan positron (atau antielektron) oleh Carl Anderson tahun 1932. Partikel eksotik lain juga ditemukan dalam sinar kosmik, termasuk muon dan pion.

Satu hal yang dipahami adalah semua partikel subatomik di atas tak bersifat fundamental, dan para ahli fisika yang meneliti ini mencoba mengembangkan model standar antara tahun 1960 dan 1980. Akhirnya disimpulkan, ada dua kelas partikel elementer yang menyusun semua materi di alam semesta, yakni lepton (termasuk elektron, muon, dan neutrino) dan kuark (ada enam tipe dan bergabung dua, tiga untuk membentuk partikel lebih berat seperti proton, neutron, dan pion).

Lalu, menurut perilaku statistiknya, semua partikel di atas jatuh ke dalam dua kategori, fermion dan boson. Fermion (dari nama fisikawan Italia, Enrico Fermi) adalah kuark dan lepton yang membentuk materi, sedangkan boson (dari nama fisikawan India, Satyendra Nath Bose) seperti halnya foton dikaitkan dengan gaya. (Lihat, misalnya, The Story of Science–From Antiquity to the Present, RR Subramanyam dkk, 2010, untuk rincian.)

Akhir misteri
Keberadaan partikel Higgs—dari nama pencetusnya, fisikawan Inggris, Peter Higgs—sudah diramalkan pada tahun 1960-an. Ia, seperti dituturkan dalam infografis Reuters yang menyertai artikel Dr Handoko, penting untuk menjelaskan mengapa partikel lain memiliki massa, yang bila dirunut lebih jauh terkait dengan pembentukan alam semesta.

Ramalan menyebutkan adanya medan tak kasatmata—yang lalu disebut medan Higgs— yang menembus seluruh angkasa, dan bahwa sifat-sifat materi dan gaya yang mengatur seluruh eksistensi kita berasal dari interaksi mereka dengan medan Higgs yang gaib tadi. Kalau saja besar, atau sifat medan Higgs beda, sifat alam semesta pun akan berbeda dengan yang ada sekarang, dan boleh jadi kita juga tidak ada untuk mengagumi semua itu (tulis Krauss dalam Newsweek, 16/7).

Atas dasar inilah CERN memburu partikel ini dengan memanfaatkan fasilitas (Large Hadron Collider (LHC) dalam naungan Proyek ATLAS yang dimulai musim semi 2009.

Oleh misterinya, juga oleh kedudukannya yang dipandang sentral dalam penciptaan alam semesta, partikel Higgs ini lalu—dalam bahasa kolokial—sering disebut ”partikel Tuhan”, dan muncul dalam buku fisikawan Leon Lederman yang terbit tahun 1994.

Penemuan boson Higgs seperti membenarkan revolusi dalam pemahaman manusia tentang fisika fundamental dan membawa sains lebih dekat dengan zat supernatural di awal alam semesta, tambah Krauss.

Medan Higgs juga dipandang mendukung anggapan bahwa angkasa yang kosong sebenarnya mengandung benih-benih eksistensi kita. Dalam teori inflasi semesta yang dicetuskan oleh Alan Guth, ada medan serupa yang tercipta pada saat paling awal setelah Dentuman Besar yang menyebabkan semesta mengembang luar biasa cepat dalam sepertriliunan detik, di mana setelah itu energi yang ada dalam angkasa yang sepertinya hampa itu diubah menjadi seluruh materi dan radiasi yang kita saksikan sekarang ini.

Penemuan partikel Higgs di satu sisi menambah wawasan tentang fisika partikel, tetapi juga lebih jauh tentang kondisi awal alam semesta, dan lebih jauh lagi tentang penciptaan alam semesta itu sendiri.

Dalam Science Illustrated (7-8/12) dikemukakan ”10 Pertanyaan Sekitar Dentuman Besar”, di antaranya (nomor 4) ”apa yang menyusun semesta?”. Penemuan partikel Higgs membantu menjawab pertanyaan itu.

Fisika berutang kepada sosok seperti Richard Feynman, yang 60 tahun lalu mengembangkan teknik kalkulasi untuk meramalkan luaran eksperimen (Scientific American, 5/12), atau pada Satyendra Bose yang partikel boson-nya kini populer, tetapi sosok penemunya jarang disebut (Newsweek, 16/7).

Semua upaya itu selain untuk memahami fisika juga ditujukan untuk meningkatkan derajat insani, yang senantiasa haus untuk mengetahui segala ihwal yang terkait dengan eksistensi dirinya. Dalam konteks ini bisa dipertanyakan, sejauh mana kontribusi ilmuwan Indonesia?
sumber: Kompas.com

Fisikawan Indonesia di Balik Perburuan "Partikel Tuhan"

Indonesia patut berbangga. fisikawan asal Indonesia ternyata juga terlibat dalam perburuan Higgs Boson atau Partikel Tuhan dalam eksperimen Large Hadron Collider (LHC) Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN).

Fisikawan Indonesia yang terlibat program itu adalah Suharyo Sumowidagdo. Ia merupakan lulusan program sarjana dan master dari jurusan Fisika Universitas Indonesia serta menamatkan doktoral di Florida State University pada tahun 2008.

Perburuan Partikel Tuhan di CERN dilakukan lewat dua eksperimen, yaitu Compact Muon Solenoid (CMS) dan A Toroidal LHC Apparatus (ATLAS). Masing-masing bekerja secara independen, bertujuan mencapai kesempurnaan penelitian.

"Saya menjadi anggota kolaborasi eksperimen CMS setelah menyelesaikan PhD fisika partikel eksperimen di kolaborasi eksperimen D0 di Amerika Serikat, tepatnya tahun 2008," jelas Haryo saat dihubungi lewat email, Kamis (5/7/2012).

Haryo dan rekannya bertanggung jawab untuk pengoperasian dan pemeliharaan detektor muon (salah satu partikel penyusun materi). Selain itu, Haryo juga berperan mengambil data di ruang kontrol.

Secara spesifik, Haryo ikut serta dalam pembuatan software sistem kendali bagi detektor muon. Detektor berada 100 meter di bawah tanah sehingga pendendalian harus dilakukan lewat jarak jauh dengan sistem kendali.

Banting Setir
"Mengatakan fisika partikel tidak aplikatif bagi saya adalah seperti tidak perlu meneliti tentang listrik magnet karena kita cukup menggunaka lilin saja untuk penerangan!"
-- Suharyo Sumowidagdo
Haryo sebelumnya menekuni fisika partikel teoretik. Ia melakukan riset untuk studi sarjana di bawah bimbingan Professor Terry Mart di Universitas Indonesia dan lulus dari program itu tahun 1999.
Namun, setelah menempuh doktoral, ia beralih ke fisika partikel eksperimental. Topik disertasinya tentang top quark yang meluruh menjadi tau lepton. Hal tersebut sudah diprediksi sebelumnya, tapi belum dibuktikan.
Setelah PhD, Haryo menjadi peneliti postdoktoral di University of California Riverside. Di CMS, ia meneliti tentang massa top quark. Penelitian itu berguna untuk memprediksi massa Higgs Boson.
Secara mengejutkan, Haryo mengatakan, "Adalah sebuah artikel di Kompas tanggal 30 April 1994 dan beberapa artikel sambungannya tahun 1994-1995 yang menginspirasi saya untuk menjadi seorang fisikawan partikel eksperimen."

Artikel tersebut memuat keterlibatan ilmuwan Indonesia, Stephen van den Brink, dalam tim riset Universitas Chicago dan Universitas Pittsburgh untuk menemukan bukti kuat adanya top quark di Laboratorium Akselerator Nasional Fermi.

Menurut Haryo, berbeda dengan fisikawan partikel teori yang membuat formulasi teori baru atau perhitungan matematis rumit, fisikawan partikel eksperimental mencari keberadaan partikel dari sebuah teori atau mengukur sifat partikel.

Haryo merasa bahwa fisika partikel eksperimental punya tantangan tersendiri. Dan, dari banting setirnya itu Haryo pun punya kesempatan untuk bergabung dalam misi besar CERN mencari keberadaan Higgs Boson.

Fisika Partikel di Indonesia
Fisika partikel di Indonesia bukannya tidak berkembang. Haryo mengatakan, "Sudah banyak orang Indonesia yang menekuni fisika partikel teori, namun sangat sedikit yang menekuni fisika partikel eksperimen."

Menurutnya, kapasita Indonesia di bidang fisika partikel harus terus dibangun. "Tidak perlu seperti dengan membuat akselerator seperti LHC, namun cukup dengan meningkatkan keterlibatan perguruan tinggi dan institusi penelitia di Indonesia."

Minggu lalu (26-28 Juni 2012), perwakilan dari CERN telah datang ke Universitas Indonesia. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan kerja sama antara CERN dan Indonesia.

Fisika partikel, terutama bagi Indonesia yang masih berkutat dengan pembangunan ekonomi, kadang dianggap tidak aplikatif. Menurut Haryo, pandangan tersebut sebenarnya tidak tepat.

"Mengatakan fisika partikel tidak aplikatif bagi saya adalah seperti tidak perlu meneliti tentang listrik magnet yang diperlukan untuk menciptakan bohlam listrik karena kita cukup menggunakan lilin saja untuk penerangan!" tegasnya.

Riset listrik magnet pada abad 17 dan 18 bisa dikatakan sama seperti penelitian fisika partikel eksperimen saat ini. Tidak seorang pun tahu apa kegunaan mempelajari listrik statis dari menggesek-gesek kain wol atau batu ambar. Tapi, pada akhirnya riset berguna.

Dalam kenyataannya, riset fisika partikel di CERN secara tidak langsung memberi sumbangsih pada perkembangan teknologi. Contoh nyatanya adalah aplikasi pada kedokteran dan teknologi informasi.

"Teknologi yang diperlukan untuk membangun detektor dan akselerator fisika partikel, ternyata memiliki aplikasi praktis untuk kehidupan sehari-hari. Keberadaan alat pencitraan medis yang murah di rumah sakit dimungkinkan karena teknologi kabel listrik superkonduktor yang digunakan di akselerator Fermilab dan Tevatron," jelas Haryo.

"Teknologi internet (WWW) diciptakan di CERN tahun 1989 untuk membantu komunikasi ilmiah antar fisikawan, dan saat ini teknologi komputasi grid dan global digunakan eksperimen CERN untuk mengolah data," tambahnya.

Partikel Tuhan dan Perdebatan Peraih Nobel Fisika

Pengumuman peraih nobel akan dilakukan minggu ini. Dalam bidang fisika, riset apa yang mencuri hati dewan juri nobel? Lalu, siapa pula peneliti yang akan mendapatkannya?

Salah satu riset yang diunggulkan adalah penemuan partikel mirip Higgs Boson atau Partikel Tuhan. Penemuan partikel itu diumumkan pada 4 Juli 2012, membuat geger kalangan ilmuwan maupun awam seolah-olah partikel Higgs memang sudah ditemukan.

Penemuan itu sebenarnya adalah bagian dari eksperimen Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN) dalam mencari eksistensi partikel Higgs. Partikel Higgs dideskripsikan secara teori oleh fisikawan Inggris, Peter Higgs. Partikel Higgs memberikan massa. Semesta takkan eksis tanpa partikel ini.

"Ini adalah versi fisika dari penemuan DNA," kata Peter Knight, presiden Institut Fisika Inggris, seperti dikutip AFP, Minggu (7/10/2012).

"Ini adalah penemuan besar, hanya itu yang bisa saya katakan sekarang," kata Lars Brink, anggota komite penghargaan Nobel Fisika.

Beberapa kalangan ilmuwan mengingatkan, partikel Higgs yang sebenarnya belum ditemukan. Saat penemuan diumumkan di Jenewa, ilmuwan mengatakan bahwa eksistensi partikel itu masih perlu dikonfirmasi lagi.

Memang, eksperimen terakhir oleh ATLAS di Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN) menunjukkan signifikansi 5,9 Sigma. Namun demikian, hal tersebut belum mampu menjadi bukti bahwa partikel Higgs memang ada.

Jadi, apakah penemuan partikel mirip partikel Higgs itu memang berhak mendapatkan Nobel Fisika? Hal itu masih perdebatan.

Jika pun ternyata riset tersebut bisa mencuri hati para juri, bukan berarti perdebatan berakhir. Siapa yang berhak mendapatkan nobel? Peter Higgs sendiri mengakui bahwa konsep tentang partikel Higgs adalah hasil sumbangsih setidaknya 6 peneliti.

Lahirnya konsep partikel Higgs adalah sumbangsih dari ilmuwan Belgia, Robert Brout, yang meninggal tahun lalu dan Francois Englert. Selain itu juga Higgs sendiri serta tiga peneliti Amerika Serikat, Dick Hagen, Gerry Guralnik, dan Briton Tom Kibble.

Proses hingga pengumuman pada 4 Juli 2012 lalu memakan waktu penelitian cukup lama. Dalam proses penelitian, ribuan ilmuwan bekerjasama membuktikan eksistensi partikel Higgs lewat eksperimen ATLAS dan CMS di CERN.

Nah, siapa yang akan mendapatkan penghargaan? Apakah mereka yang mengkonsepkan atau mereka yang menemukan? Atau, keduanya?

Penghargaan nobel boleh diberikan kepada satu tim dengan maksimum tiga nama, termasuk organisasi. Meski demikian, penghargaan tidak bisa diberikan kepada orang yang sudah meninggal dunia.

John Ellis, profesor fisika teoretis dari King's College di London mengatakan bahwa penghargaan pada akhirnya akn jatuh pada Higgs, tapi bukan tahun ini, sebab eksistensi partikel Higgs sendiri belum bisa dibuktikan.

Etienne Klein, fisikawan di Atomic Energy Commission (CEA) di Perancis meminta penghargaan diberikan kepada Higgs, Euglert dan CERN. Tapi, ada satu masalah, penghargaan nobel fisika tak biasanya diberikan ke organisasi.

Sekian perdebatan tersebut mungkin akan berakhir Selasa (9/10/2012). Penghargaan Nobel Fisika akan diserahkan besok.

Hari ini, panitia nobel telah mengumumkan bahwa Briton John Gurdon dari Inggris dan Shinya Yamanaka asal Jepang mendapatkan nobel kedokteran. Keduanya berperan dalam pemrograman ulang sel, mengubah sel dewasa menjadi sel punca yang memiliki totipotensi.

Penghargaan nobel diprakarsai oleh Alfred Nobel, penemu dinamit. Pengumuman pemenang nobel memang akan dilakukan minggu ini, namun pemberian penghargaan akan diberikan pada 10 Desember, bertepatan dengan hari kematian Alfred Nobel pada 10 Desember 1896.

UIN Alauddin Terima 5066 Mahasiswa Baru

Senin, 26 Agustus 2013

UIN Online - Hingga saat ini, tercatat sebanyak 5066 mahasiswa baru (Maba) telah melakukan pendaftaran ulang di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil Seleksi jalur SNMPTN, SPMBP-TAIN, dan UMM, belum termasuk jumlah hasil seleksi jalur Ujian Masuk Khusus (UMK). Sehingga diperkirakan masih akan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa baru.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional (Ditjen Pendis), memberikan jatah kuota untuk UIN Alauddin Makassar sebanyak 5000 mahasiswa untuk tahun akademik 2013/2014. Artinya, jumlah maba yang terdaftar sekarang telah melebihi kuota yang disediakan. Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Dra H nuraeni Gani menyatakan, hal itu disebabkan karena masih dibukanya jurusan yang lemah peminat, "Saat ini jumlah mahasiswa baru telah melibihi kuota yang disediakan, namun karena kita ingin maksimalkan semua jurusan yang masih lemah peminat. Sehingga untuk memenuhi kuota dari jurusan tersebut kita buka dijalur UMM dan UMK," Ungkapnya. Tidak hanya itu, UIN Alauddin juga akan menyediakan beasiswa Kementrian Agama bagi mahasiswa yang melakukan registrasi ulang pada jurusan yang lemah peminat. Hal itu berlaku untuk mahasiswa yang melakukan pendaftaran ulang urutan pertama hingga urutan 15.

Jika sesuai jadwal, seluruh mahasiswa baru akan mengikuti pembukaan kuliah tingkat universitas yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 2 September mendatang. Kuliah umum dibawakan oleh Prof Dr H Nur Syam M A, dari Direktorat Jenderal Pendidikan. Kemudian dua hari berikutnya, dilanjutkan penyambutan mahasiswa baru tingkat fakultas yang dilaksanakan di fakultas masing-masing.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Penemuan Terbaru Di Bidang Sains yang Menyangkut Negara Indonesia

Pada tahun 2012, beberapa ilmuwan Indonesia berhasil memberikan sumbangan terbaik dalam ilmu pengetahuan. Setidaknya, ada lima temuan, inovasi, dan keterlibatan ilmuwan Indonesia yang membanggakan. Apa saja?

1. Temuan Tata Surya Tertua

[Image: 2013-02-05_092059.png]

Astronom Indonesia yang sempat berkarya lebih dari 10 tahun di Max Planck Institute for Astronomy, Heidelberg, Jerman, Johny Setiawan, menemukan tata surya tertua, berusia 12,8 miliar tahun, hanya 900 juta tahun lebih muda dari Big Bang.

Induk tata surya tersebut adalah bintang bernama HIP 11952 atau Sannatana (bahasa Sansekerta, berarti purba).

[Image: 2013-02-05_092252.png]

Tata surya tersebut diketahui memiliki dua planet, masing-masing dinamai HIP 11952 b dan HIP 11952 c. Kedua planet adalah jenis planet gas raksasa.

Tata surya ini bisa dikatakan anomali. Kandungan logam pada bintang induk tata surya ini hanya 1 persen kandungan logam Matahari.

Anggapan selama ini hanya bintang dengan kandungan logam tinggi yang bisa memiliki planet. Temuan ini menunjukkan planet yang mengorbit bintang miskin logam mungkin umum.

Pada Juni 2005, kelompok astronom Eropa dan Brasil di bawah pimpinannya juga berhasil menemukan sebuah planet luar surya yang diberi nama HD 11977 b.

Salah satu penemuan berikutnya adalah sebuah planet yang mengitari sebuah bintang yang sangat muda, bernama TW Hydrae. Penemuan ini dipublikasikan di Nature, vol. 451, 38 (2008).

Planet tersebut masih dalam piringan cakram debu dan gas yang mengelilingi bintang induknya. Contoh penemuannya yang lain adalah HIP 13044 b, HD 47536 c, HD 110014 b, HD 110014 c, HD 11977 b, dan HD 70573 b. Selain itu ia juga penemu Planet Alien “HIP 13044b”.

2. UAV Terbesar di Asia Berhasil Terbang Perdana

[Image: 2013-02-05_092532.png]

Pesawat tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle) terbesar di Asia, Josaphat Laboratory Large Scale Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX-1), berhasil dikembangkan oleh ilmuwan Indonesia, Josaphat “tetuko” Sri Sumantyo.

Pengembangan dilakukan di Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL), Chiba University, Jepang.

JX-1 memiliki keunggulan sebab ukurannya sebesar 6 meter dan punya payload sensor hingga 30 kg.

Ruang besar pada UAV dipersiapkan untuk menampung beragam macam sensor.
JX-1 juga unggul sebab dirancang tembus gelombang mikro dengan material badan pesawat berkarakteristik mendekati udara.

UAV ini berhasil diterbangkan perdana pada 7 Juni 2012 di Fujikawa Airfield. UAV ini nantinya akan menjadi tulang punggung riset penginderaan jauh. Malaysia dan Jepang sudah meminati teknologi ini.

[Image: 2013-02-05_092727.png]

3. Ilmuwan Indonesia Memburu Partikel Tuhan


[Image: 2013-02-05_092906.png]

Salah satu lompatan terbesar dalam fisika partikel pada tahun 2012 adalah penemuan partikel yang “mirip” Higgs Boson (partikel Tuhan).

Penemuan oleh Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) ini diumumkan pada 4 Juli 2012 di Jenewa, Swiss.

Ilmuwan Indonesia, Suharyo Sumowidagdo, ternyata juga terlibat perburuan Higgs Boson.

Ia terlibat dalam pengoperasian dan pemeliharaan detektor muon pada eksperimen Compact Muon Solenoid (CMS), salah satu eksperimen CERN untuk membuktikan eksistensi Higgs Boson.

Haryo adalah satu di antara segelintir fisikawan Indonesia yang menekuni fisika eksperimental. Lain dengan fisika teoretik, fisika eksperimental berupaya mencari keberadaan suatu partikel yang sudah dirumuskan dalam suatu teori.

[Image: 2013-02-05_093107.png]

4. Bayi Badak Sumatera “Andatu” Lahir


[Image: 2013-02-05_093304.png]

Indonesia punya prestasi dalam pembiakan badak Sumatera pada tahun 2012, yaitu bdak Sumatera bernama Andatu akhirnya berhasil dilahirkan.

Andatu dilahirkan dari pasangan badak jantan bernama Andalas yang berasal Kebun Binatang Cincinati, dengan badak Sumatera betina dari Lampung, yang bernama Ratu.

Keberhasilan pembiakan badak Sumatera telah ditunggu dunia selama 124 tahun.

Badak Andalas selanjutnya akan dikawinkan lagi dengan dua badak betina lainnya. Keberhasilan konservasi badak Jawa selanjutnya ditunggu.

[Image: 2013-02-05_093342.png]

5. Indonesia Nenek Moyang Penduduk Madagaskar

[Image: 2013-02-05_093433.png]

Hasil studi Murray Coz dari Massey University di Selandia Baru mengungkap bahwa perempuan Indonesia adalah nenek moyang penduduk Madagaskar. Studi ini dipublikasikan di jurnal Proceeding of the Royal Society B, 21 Maret 2012.

Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil studi DNA dari 2.745 orang Indonesia dari 12 kepulauan serta 266 etnis Malagasi.

Data dari Lembaga Biology Molekuler Eijkman di Indonesia turut mendukung studi ini. Sejak lama, Indonesia diduga memiliki keterkaitan dengan Madagaskar.

Dari sisi bahasa, memang bahasa di Madagaskar mirip dengan bahasa Dayak Ma’anyan. Temuan ini membuat proses kolonisasi Madagaskar harus perlu dipikirkan kembali.

Ini Prediksi Baru Ilmuwan Tentang Waktu Kiamat

Headline
(ilustrasi)
INILAH.COM, St. Andrews -Ilmuwan memperkirakan kapan dunia ini akan berakhir lewat penelitian. Tetapi tenang saja, waktunya masih lebih dari dua miliar tahun ke depan.
Studi dari para ilmuwan itu mengungkap bahwa sebelum dunia ini berakhir, semua hewan dan tumbuhan akan lenyap dari bumi terlebih dahulu, kemudian berlanjut pada mikroba kecil, sebelum akhirnya semua kehidupan di Bumi benar-benar berakhir.
Ilmuwan memprediksi kiamat akan datang dengan karbon dioksida yang sangat sedikit di lapisan atmosfer.
Prediksi ini didasarkan pada simulasi komputer tentang dampak perubahan jangka panjang dari matahari pada Bumi.
Meskipun para ahli dan ilmuwan di luar sana tengah mencari cara bagaimana mencegah pemanasan global tidak lagi terkendali, tetapi dikarenakan matahari yang menjadi semakin panas seiring dengan menuanya usia, penguapan yang terjadi bersama reaksi kimia dengan air hujan, akan terus mengikis karbon dioksida.
Kurang dari satu miliar tahun dari sekarang, proses fotosintesis tanaman akan menjadi semakin sulit dan membuat tanaman juga sulit bertahan hidup. Ketika itu terjadi, kehidupan di bumi juga akan mulai berkurang.
Dengan hilangnya tanaman, hewan herbivora juga akan mulai punah, begitupun halnya dengan hewan karnivora yang memangsa mereka dan juga mikroba.
Matahari terus menua namun diharapkan tetap stabil selama miliaran tahun berikutnya, meskipun bakal menjadi makin terang. Dampaknya, radiasi semakin intens terjadi dan menyebabkan panas di bumi meningkat drastis hingga lautan pun menguap.
Setelah satu miliar tahun, lautan akan menjadi kering dengan meninggalkan mikroba yang disebut extremophiles.
“Semua makhluk hidup membutuhkan air, sehingga setiap kehidupan yang tersisa akan tergantung dengan sisa air yang ada di bumi,” ujar astrobiolog Jack O’Malley-James, dari University of St Andrews di Skotlandia, seperti dikutip TheTelegraph.
Menurut Jack, organisme yang masih hidup juga harus mengatasi ekstrimnya suhu dan radiasi ultraviolet yang sangat intens, dan diperkirakan pada akhirnya mereka juga akan mati.
Hasil penelitian ini disebut memiliki implikasi pada pencarian kehidupan baru di luar bumi.
“Ketika kita berpikir tentang apa yang harus dicari dalam pencarian kehidupan di luar bumi, pikiran kita sebagian besar akan dibatasi oleh kehidupan yang kita kenal saat ini,” katanya.
“Kehidupan di bumi di masa depan akan sangat jauh berbeda dengan sekarang. Ini berarti untuk mendeteksi kehidupan seperti ini di planet lain, kita perlu mencari petunjuk baru,” tambah Jack.
Jack bersama peneliti lainnya kini tengah melanjutkan penelitian terkait pencarian petunjuk-petunjuk baru kehidupan di luar bumi dengan berbagai pengujian ilmiah pada titik ketika semua kehidupan nantinya menghilang dari Bumi.