Einstein
merupakan seorang ilmuwan yang memiliki keahlian dalam bidang
matematika dan fisika. Setiap teori yang dikemukakan berdasarkan dari
hasil pengamatannya mengenai alam semesta yang dilihat dari sudut
pandang matematika dan fisika. Namun demikian sebenarnya dari pengamatan
yang dilakukan oleh Einstein dimaksudkan untuk mencari eksistensi Tuhan
dan untuk mengetahui pikiran-pikiran Tuhan mengenai alam semesta. Dari
semua hal yang diamatinya ia berasumsi bahwa adanya hal-hal tersebut
pasti ada yang menciptakan, sehingga dalam benaknya muncul
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan mengenai siapan Tuhan itu dan
dimana ia berada, yang kemudian berlanjut pada alam semesta sebagai
ciptaannya seperti bagaimana asalnya, bagaimana terbentuknya, dan
sebagainya. Tidak seperti para ilmuwan sekuler yang memisahkan antara
pengetahuan dan agama, sebaliknya Einstein malah menemukan teori
berdasar logikanya yang memiliki keterkaitan dengan agama atau Tuhan.
Seperti yang dikatakannya bahwa “ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh.
Agama tanpa ilmu pengetahuan itu buta”.
Teori
dan pemikiran yang dihasilkannya-pun telah terbukti kebenarannya dan
berguna bagi perkembangan iptek modern. Sekalipun ada beberapa teorinya
yang dinilai sudah akurat tersebut dibantahkan oleh penemuan baru,
seperti kecepatan cahaya yang diklaim sebagai kecepatan yang tidak
tertandingi itu dibantah oleh temuan baru yang dilakukan di Swiss
tepatnya di CERN yang merupakan sebuah laboratorium terbesar di dunia
mengemukakan bahwa terdapat partikel-partikel subatom yang merambat
lebih cepat dari kecepatan cahaya. Namun demikian sekalipun teori
Einstein tersebut tetap sebagai landasan bagi teori-teori modern
terutama dalam bidang fisika.
Dari
teori-teori yang diciptakan Einstein dapat dihubungkan dengan ayat-ayat
Al-Qur’an, terutama yang berkaitan dengan kecepatan cahaya. Menurutnya
kecepatan cahaya merupakan kecepatan tertinggi di alam. Dalam teorinya
ia menetapkan suatu besaran pokok kecepatan cahaya yaitu 2,998 x 105 km/s. Mengenai kecepatan cahaya tersebut sebenarnya sudah tersirat dalam Q.S. As-Sajdah, 32: 5 yang artinya: “Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu”.
Ayat ini menjelaskan bahwa yang menjalankan urusan itu adalah malaikat,
karena malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan hal ini memberikan
pertanda mengenai kecepatan cahaya dan dari hasil perhitungannya
dihasilkan kecepatan 299.792,5 km/s.
Teori selanjutnya mengenai teori kesetaraan energi dan massa suatu benda yang memiliki rumus E=mc2,
yang menyatakan bahwa benda itu memiliki energi jika benda tersebut
memiliki massa, jadi apabila suatu benda berkurang energinya maka
massanya pun ikut berkurang. Hal ini bisa diterapkan pada “the white dwarf”
yakni bintang padam yangmenandakan bintang tersebut berkurang energinya
dan massanya pun berkurang sehingga dapat kehilangan gravitasinya dan
orbitnya menjadi tidak teratur dan akhirnya tertarik oleh gravitasi
bintang lain. Jika dilihat dari teori tersebut jika dihubungkan dengan
Al-Qur’an dapat kita perhatikan pada Q.S. Al-Qiyamah, 75: 7, 8, 9 “maka
apabila pemandangan telah kacaubalau, dan bulan hilang cahayanya, dan
matahari dan bulan dikumpulkan…”. ini menunjukkan bahwa bula tidak lagi
tidak lagi mendapat sinar dari matahari karena matahari telah padam,
lalu matahari dan bulan dikumpulkan menandakan jika garis orbitnya
berubah.
Dan teori yang ketiga yakni mengenai teori relativitas khusus yang menjelaskan bahwa benda bergerak sangat cepat akan memiliki massa
lebih besar dibanding massa diamnya. Apabila diterapkan pada upaya
manusia mencapai angkasa luar/ di luar tatasurya kita haruslah mendekati
kecepatan cahaya karena untuk mencapai bintang terdekat saja (Alpha
Centauri) paling tidak 4 tahun cahaya. Hal ini tentu saja mustahil
dilakukan karena selain faktor kecepatan manusia yang terbatas juga
karena faktor usia manusia yang sedikit. Hal ini seperti yang dijelaskan
dalam Q.S. Ar-Rahmaan, 55: 33) “Hai jama’ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Nah, dari ayat tersebut sudah jelas jika manusia ingin ke angkasa
luar/di luar tatasurya kita harus memiliki kekuatan. Apabila manusia
benar-benar bisa membuat kendaraan/alat yang demikian maka akan
kendaraan/alat tersebut ledakan karena di angkasa luar terdapat gesekan
udara yang akan menimbulkan energi panas yang tinggi.
Dari
penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan dari
sumber kehidupan manusia. Selain itu Al-Qur’an juga dapat di-ilmukan,
atau bersifat universal dalam arti Al-Qur’an juga dapat digunakan oleh
seluruh umat sebagai dasar ilmu pengetahuan, karena Al-Qur’an menyangkut
seluruh kehidupan manusia.. Namun, bagi orang muslim Al-Qur’an ini
merupakan pedoman hidupnya, sehingga sudah seharusnya kita dapat
memahami apa isi dari Al-Qur’an. Meskipun bagi muslim, membaca Al-Qur’an
itu menjadi suatu yang penting, namun yang lebih penting itu memahami
isi yang terkandung di dalamnya. Sehingga dalam melaksanakan segala
aktivitas, tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan dengan memahami maknanya
diharapkan kita dapat menemukan penemuan-penemuan yang baik bagi
kemaslahatan manusia dengan cara berijtihad. Dengan demikian maka akan
semakin mendekatkan diri kita pada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
yang diciptakannya di semesta alam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar